Apple Soal Kinerja Google

Apple Soal Kinerja Google Search Di Safari Bikin Saham Alphabet mengalami penurunan signifikan lebih dari sembilan persen dalam perdagangan bursa saham Amerika Serikat pada hari Rabu, 7 Mei 2025. Penurunan tajam ini menjatuhkan nilai saham Alphabet hingga menyentuh angka 150,33 dolar Amerika Serikat per lembar, atau setara dengan kurang lebih Rp 2,4 juta, berdasarkan kurs saat ini.

Kondisi ini terjadi menyusul pernyataan dari salah satu petinggi Apple Inc. dalam sidang antimonopoli antara Google dan Departemen Kehakiman Amerika Serikat (Department of Justice/DoJ) yang tengah berlangsung.

Dalam keterangannya di pengadilan, Eddy Cue, selaku Wakil Presiden Senior untuk Layanan Apple, menyampaikan bahwa volume pencarian menggunakan Google Search melalui peramban Safari pada perangkat berbasis sistem operasi iOS mengalami penurunan selama bulan April 2025.

Apple Soal Kinerja Google Search Di Safari

Google Search di peramban/browser Safari iPhone.

Meskipun Eddy Cue tidak menyampaikan secara eksplisit angka penurunan tersebut, pernyataan tersebut memberikan sinyal kuat bahwa dominasi Google sebagai mesin pencari di platform milik Apple mulai tergeser. Penurunan ini menjadi kali pertama dalam sejarah di mana Google mengalami penurunan trafik pencarian pada perangkat-perangkat berbasis iOS, termasuk iPhone dan iPad.

Padahal, Google selama ini telah berinvestasi besar untuk mempertahankan posisinya sebagai mesin pencari utama pada perangkat Apple. Perusahaan teknologi raksasa asal Mountain View, California, tersebut diketahui telah menjalin kesepakatan strategis dengan Apple dalam bentuk pembagian pendapatan (revenue-sharing agreement) yang bernilai fantastis, yakni mencapai 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp 330 triliun.

Menurut laporan yang diterbitkan oleh Bloomberg, Eddy Cue menjelaskan bahwa penurunan penggunaan Google Search disebabkan oleh semakin banyaknya pengguna yang beralih ke platform pencarian berbasis kecerdasan buatan (AI). Kendati tidak menyebutkan jumlah pasti pengguna yang melakukan migrasi, Cue menyebut bahwa preferensi masyarakat terhadap mesin pencari tradisional kini mulai berubah.

Lebih lanjut, Eddy Cue menyatakan bahwa sejumlah platform berbasis AI seperti ChatGPT dari OpenAI, Perplexity, dan layanan milik Anthropic kini telah menjadi alternatif pencarian yang kian diminati oleh pengguna internet. Menurutnya, tren ini dapat mengancam dominasi mesin pencari konvensional seperti Google dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Pernyataan Eddy Cue juga memberikan sinyal bahwa Apple sendiri tengah melakukan penjajakan terhadap penggunaan mesin pencari berbasis AI sebagai alternatif bagi Safari, peramban resmi yang tersedia di seluruh perangkat Apple.

Di Safari Bikin Saham Alphabet

Meskipun tidak menyampaikan secara rinci rencana pengembangan atau mitra potensial, isyarat tersebut memperkuat indikasi bahwa Apple tidak menutup kemungkinan untuk melakukan perubahan fundamental dalam pengalaman pencarian pada ekosistem perangkatnya.

Ilustrasi browser Safari

Kondisi ini tentu menjadi perhatian besar bagi Alphabet Inc., yang selama dua dekade terakhir telah membangun dominasi pasar mesin pencari global. Google mengandalkan perjanjian eksklusif dengan sejumlah perusahaan teknologi, termasuk Apple, untuk memastikan bahwa layanannya menjadi pilihan utama bagi pengguna.

Kerja sama antara Google dan Apple selama ini telah memberikan keuntungan besar bagi kedua pihak. Google memperoleh akses eksklusif terhadap basis pengguna Apple yang sangat besar, sementara Apple mendapatkan bagian pendapatan yang signifikan dari kerja sama tersebut.

Namun, apabila Apple memutuskan untuk berpaling dan menggunakan solusi internal atau pihak ketiga berbasis AI, maka struktur ekosistem digital global berpotensi mengalami pergeseran besar.

Sementara itu, sidang antimonopoli yang sedang berlangsung antara Google dan DoJ bertujuan untuk menyelidiki dugaan praktik anti persaingan yang dilakukan oleh Google dalam upayanya mempertahankan posisi dominan di pasar mesin pencari. Salah satu fokus utama penyelidikan adalah perjanjian eksklusif yang dinilai membatasi peluang bagi kompetitor untuk berkembang.

Pengaruh dari pernyataan Eddy Cue tersebut langsung tercermin di pasar keuangan, dengan nilai kapitalisasi Alphabet yang menurun tajam. Para investor dan analis kini menilai bahwa ancaman dari teknologi AI terhadap model bisnis tradisional Google semakin nyata.

Mereka juga menyoroti pentingnya diversifikasi sumber pendapatan dan pengembangan teknologi baru untuk menjawab tantangan dari perubahan lanskap digital yang kian cepat.

Baca Juga : Tujuh Fitur Di IPhone Yang Jarang Diketahui, & Bisa Kamu Dicoba

Sebagai langkah strategis, Alphabet telah memperkuat investasi dalam pengembangan AI melalui anak perusahaannya, DeepMind, serta unit Google Deep Learning. Namun, kehadiran kompetitor seperti OpenAI yang memiliki produk ChatGPT dan kemitraan yang luas dengan Microsoft, menjadikan persaingan di sektor AI semakin ketat.

Dalam kondisi seperti ini, masa depan dominasi Google sebagai mesin pencari utama dunia kini mulai dipertanyakan. Jika tren perpindahan pengguna ke platform berbasis AI terus meningkat, Google harus mengambil langkah cepat dan strategis agar tetap relevan di tengah evolusi teknologi yang terus berlangsung.

Secara keseluruhan, dinamika yang terjadi menunjukkan bahwa perubahan teknologi dan preferensi pengguna kini berperan besar dalam menentukan arah industri digital global. Para pelaku usaha dituntut untuk adaptif dan inovatif agar tidak tertinggal dalam persaingan yang semakin kompleks dan dinamis.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *