Harga IPhone Buatan Amerika

Harga IPhone Buatan Amerika Bisa Tembus Harganya Rp 58 Juta kebijakan tarif baru yang tinggi terhadap produk-produk impor dari berbagai negara. Kebijakan ini, yang dikenal luas sebagai “tarif Trump”, bertujuan untuk memperkuat sektor industri dalam negeri dan menarik kembali investasi besar dari perusahaan-perusahaan multinasional ke tanah air.

Salah satu perusahaan teknologi global yang turut menjadi sorotan dalam penerapan kebijakan tersebut adalah Apple Inc., perusahaan asal Cupertino, California, yang dikenal sebagai produsen perangkat teknologi populer seperti iPhone, iPad, dan MacBook.

Dalam pernyataannya, Presiden Trump mengemukakan harapannya agar langkah menaikkan tarif impor hingga 125 persen, khususnya terhadap produk asal Tiongkok, akan memaksa perusahaan-perusahaan besar seperti Apple untuk memindahkan lini produksinya kembali ke Amerika Serikat.

Ia bahkan menyebut bahwa Apple berpotensi menginvestasikan hingga USD 500 miliar ke sektor manufaktur domestik apabila mereka kembali membangun fasilitas produksi di dalam negeri.

Harga IPhone Buatan Amerika Harga Naik

Imbas Tarif Trump, Harga iPhone Buatan Amerika Bisa Tembus Rp 58 Juta -  Tekno Liputan6.com

Namun, di balik wacana patriotik tersebut, muncul pertanyaan besar mengenai dampak nyata kebijakan itu terhadap harga produk, khususnya iPhone, jika benar-benar diproduksi sepenuhnya di Amerika Serikat.

Mengutip laporan CNN yang dirilis pada Kamis (10/4/2025), para analis memperingatkan bahwa produksi penuh iPhone di Amerika Serikat akan memicu lonjakan harga yang sangat signifikan.

Dan Ives, Kepala Riset Teknologi Global di Wedbush Securities, menyatakan bahwa apabila seluruh proses manufaktur dan perakitan dilakukan di AS, maka harga jual sebuah iPhone dapat melonjak hingga USD 3.500 atau sekitar Rp 58,7 juta (dengan asumsi kurs 1 USD = Rp 16.770).

Menurut Ives, industri manufaktur ponsel pintar tidak sekadar membutuhkan pabrik, namun juga jaringan rantai pasokan yang sangat kompleks dan telah terbangun secara efisien selama bertahun-tahun di Asia, khususnya di Tiongkok, Taiwan, dan Vietnam.

โ€œUntuk membangun kembali seluruh rantai pasokan iPhone di dalam negeri Amerika Serikat, akan membutuhkan biaya investasi yang sangat besar dan waktu yang tidak singkat. Bahkan hanya untuk memindahkan 10 persen dari total rantai pasokan ke dalam negeri, Apple diperkirakan harus merogoh dana hingga USD 30 miliar serta waktu paling tidak tiga tahun,โ€ papar Ives.

Apple Hadapi Tantangan Produksi dan Tarif Impor

Apple sendiri selama ini mengandalkan strategi produksi global yang efisien. Sebagian besar komponen penting iPhone seperti prosesor dan chip utama diproduksi di Taiwan, sementara panel layar dipasok oleh perusahaan asal Korea Selatan. Komponen lainnya dibuat di Tiongkok dan sejumlah negara Asia lainnya. Proses perakitan akhir hingga kini masih didominasi oleh Tiongkok, meskipun Apple telah mulai memindahkan sebagian lini perakitan ke Vietnam dan India.

Kondisi tersebut membuat Apple sangat rentan terhadap perubahan kebijakan tarif seperti yang saat ini sedang diterapkan oleh pemerintahan Trump. Kebijakan tarif yang tinggi terhadap Tiongkok, misalnya, berdampak langsung terhadap biaya impor komponen yang selama ini menjadi bagian dari rantai pasok utama produk Apple.

Tarif Trump ke China Bikin Harga iPhone dan Macbook Jadi Mahal?

Neil Shah, Wakil Presiden Riset dari Counterpoint Research, memproyeksikan bahwa apabila Apple tidak melakukan penyesuaian strategi produksi dan memilih untuk meneruskan kebijakan bisnis seperti saat ini, maka harga iPhone berpotensi naik hingga 30 persen di pasar Amerika Serikat.

Sementara itu, Rosenblatt Securities, sebuah lembaga riset dan investasi terkemuka di New York, memperkirakan bahwa jika seluruh biaya tarif yang lebih tinggi dialihkan ke konsumen, harga iPhone bisa meningkat hingga 43 persen dari harga pasar saat ini.

Diversifikasi Lokasi Produksi Jadi Langkah Strategis

Untuk mengantisipasi dampak dari kebijakan tarif ini, Apple telah mengambil langkah diversifikasi produksi. Perusahaan diketahui mulai memperluas basis produksinya ke India dan Brasil. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap Tiongkok serta menghindari beban tarif tinggi yang dikenakan oleh pemerintah Amerika Serikat.

India saat ini dikenai tarif sebesar 26 persen dalam skema kebijakan tarif Trump, sementara Brasil hanya dikenakan tarif sebesar 10 persen. Meski begitu, kapasitas produksi di Brasil dinilai masih belum mencukupi untuk menutupi kekurangan yang mungkin timbul jika Apple menghentikan produksi sepenuhnya di Tiongkok.

Pakar menyatakan bahwa diversifikasi ini adalah langkah logis, namun tetap tidak akan mampu sepenuhnya mengatasi tekanan harga apabila seluruh manufaktur dipindahkan ke Amerika Serikat.

Penutup

Keputusan Presiden Donald Trump untuk meningkatkan tarif impor sebagai bentuk proteksi terhadap industri dalam negeri memunculkan berbagai implikasi strategis. Bagi Apple, tantangan ini menjadi pengingat bahwa globalisasi rantai pasokan tidak dapat diubah begitu saja tanpa konsekuensi ekonomi yang signifikan.

Kenaikan tarif mungkin mendorong relokasi produksi, namun dampak akhirnya bisa dirasakan oleh konsumen dalam bentuk harga produk yang jauh lebih mahal. Dengan ketidakpastian yang terus berlangsung, masa depan harga iPhone dan stabilitas industri teknologi AS masih menjadi tanda tanya besar di tengah pergulatan antara kebijakan nasional dan realitas global.

Baca Juga : Cara Pre-Order IPhone 16 Yang Kini Telah Resmi Masuk Indonesia



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *